Kamis, 05 Januari 2017

Solusi Ketika Harga Rokok meroket Nglinting Dewe ( TINGWE )

TINGWE dengan kertas rokok ( rolling paper )


Menurut Kyai Segawon, Macam-macam Rokok iku dibagi dadi 6 jenis yoiku :
  1. Filter, yoiku rokok gaean pabrik sing bonggole ngangge gabus, jare ngge menyaring nikotin lan lan kototan. contone Surya, Inter lan Super
  2. Kretek, yoiku rokok gaean pabrik sing tanpo ono gabuse, contone 76 lan Sampoerna ijo
  3. Putian, yoiku rokok filter sing jare ora ngangge cengkeh dadi rasanye nyegrak, Contone Pal mal, Marlboro lan Ardhat
  4. Mild, yoiku rokok filter sing gabuse putih, nikotine rendah, lan bentuk'e luweh cilik timbang umume rokok filter. Contone LA lan Class mild
  5. Cerutu, yoiku rokok sing buntele godong mbako, Contone Sigarilos
  6. Tingwe, yoiku rokok gaean tangan sing manual dilinteng dewe. lebih jelas tentang tingwe delok'en keterangan ngesor iki.
===================================================================

TINGWE


Yoiku singkatan songko Nglinting Dewe alias rokok sing digawe manual lintingan tangane menungso.

Bahan-bahan membuat rokok tingwe :
  • Mbako
  • Sek/Kertas rokok utowo klobot alias kulite jagung
  • Cengkeh
  • Kotek
Cara membuat tingwe :
  • Pertama beberen kertas rokok anda
  • Kemudian taruh sejumput mbako sesuai selera
  • Taburi cengkeh secukupnya,
  • Gulung/linting memakai tangan berbentuk kerucut atau sesuai selera anda
  • Ambil korek api
  • Rokok siap disumet
  • Ojo ngaku perokok yen durung pernah nglinteng

NB : Tembakau dengan kualitas terbaik sing paling cocok untuk tingwe adalah Tembakau Kaponan kunjungi situs resminya



Kami akan tetap dan terus memproduksi tembakau dan kertas rokok meskipun "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin" . Kami ada karena Anda merokok.


Sejarah Perkembangan Rokok Indonesia

Perkembangan Industri Rokok di Indonesia

Sejarah rokok sebenarnya dimulai dari mengunyah tembakau dan mengisap tembakau melalui sebuah pipa yang dilakukan oleh warga asli benua Amerika (Maya, Aztec dan Indian) sejak 1000 tahun sebelum masehi. Sebuah tradisi membakar tembakau dilaksanaakan mereka adalah untuk menunjukkan persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan. Tak lama satelah itu kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi mengunyah dan membakar lewat pipa ini ke “peradaban” di Inggris. Namun yang lebih berperan adalah seorang diplomat dan petualang perancis-lah yang menyebarkan popularitas rokok di seantero Eropa, orang ini adalah Jean Nicot, darimana istilah nikotin yang kita ketahui selama ini berasal dari kata (Nicot). Tetapi catatan sejarah rokok lain mengatakan, tradisi rokok dan merokok yang lebih tua berasal dari Turki semenjak periode dinasti Ottoman.



Menariknya Setelah permintaan tembakau meningkat di Eropa, budidaya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika. John Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1855.
Sejarah Rokok sangat berhubungan dengan lahirnya sebuah negara yaitu United States of America.
gara gara tembakau dari virginialah, para imigran eropa bisa membentuk sebuah negara di benua antah berantah yg tidak menghasilkan apa apa. Menjadi
negara baru yang dikemudan hari menjadi sebah super power
Di Indonesia sendiri sejarah rokok munculpada tahun 1880 , Haji Jamahri dari Kudus adalah orang yang pertamakali meramu tembakau dengan cengkeh. Tujuan awal Haji Jamahri adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh, kretek.
Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama. Karena fakta roko berbahaya bagi kesehatan belum terbukti, rokok pada jamannya pernah diiklankan dengan menggunakan beragam model, dari bayi hingga dokter, tetapi sekarang ini fakta rokok yang berbaya terhadap kesehatan telah dibenarkan oleh medis, sehingga dampaknya memang sekarang hampir tidak ada iklan yang muncul tentang rokok.

Diatas adalah sedikit uraian tentang sejarah rokok, semoga saja seikit uraian sejarah rokok diatas dapat bermanfaat. Oya sampai lupa moja sejarah rokok ini dapat menambah wawasn kita. amiin

Sejarah Rokok(Kretek) Nusantara

Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal-usul yang akurat tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.







Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan "rokok obat" ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek", maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek". Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun jagung kering.
Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.
Menurut beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok "klobot" (rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering) yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.
Rokok kretek adalah rokok yang menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh dan saat dihisap terdengar bunyi kretek-kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok yang menggunakan tembakau buatan. Jenis cerutu merupakan simbol rokok kretek yang luar biasa, semuanya alami tanpa ada campuran apapun, dan pembuatannya tidak bisa menggunakan mesin. Masih memanfaatkan tangan pengrajin. Ulasan tentang sejarah rokok kretek di Indonesia bermula dari kota Kudus.

Jenis

Ada Rokok Kretek non-filter dan dengan filter. Kretek yang non-filter masih terbagi dari yang tingwe (kependekan dari bahasa Jawa, ngelinting déwé yang berarti melinting sendiri, untuk diartikan sebagai lintingan tangan) tanpa saus tambahan, cerutu, klobot dan lintingan mesin dengan tambahan saus cengkeh. Sedangkan kretek dengan filter berisi semacam gabus yang berfungsi menyaring nikotin dari pembakaran tembakau dan cengkeh.

Awal usaha Kretek

Nitisemito seorang buta huruf, putra Ibu Markanah di desa Janggalan dengan nama kecil Rusdi. Ayahnya, Haji Sulaiman adalah kepala desa Janggalan. Pada usia 17 tahun, ia mengubah namanya menjadi Nitisemito. Pada usia tersebut, ia merantau ke Malang, Jawa Timur untuk bekerja sebagai buruh jahit pakaian. Usaha ini berkembang sehingga ia mampu menjadi pengusaha konfeksi. Namun beberapa tahun kemudian usaha ini kandas karena terlilit hutang. Nitisemito pulang kampung dan memulai usahanya membuat minyak kelapa, berdagang kerbau namun gagal. Ia kemudian bekerja menjadi kusir dokar sambil berdagang tembakau. Saat itulah dia berkenalan dengan Mbok Nasilah, pedagang rokok klobot di Kudus.








Mbok Nasilah, yang juga dianggap sebagai penemu pertama rokok kretek, menemukan rokok kretek untuk menggantikan kebiasaan nginang pada sekitar tahun 1870. Di warungnya, yang kini menjadi toko kain Fahrida di Jalan Sunan Kudus, Mbok nasilah menyuguhkan rokok temuannya untuk para kusir yang sering mengunjungi warungnya. Kebiasaan nginang yang sering dilakukan para kusir mengakibatkan kotornya warung Mbok Nasilah, sehingga dengan menyuguhkan rokok, ia berusaha agar warungnya tidak kotor. Pada awalnya ia mencoba meracik rokok. Salah satunya dengan menambahkan cengkeh ke tembakau. Campuran ini kemudian dibungkus dengan klobot atau daun jagung kering dan diikat dengan benang. Rokok ini disukai oleh para kusir dokar dan pedagang keliling. Salah satu penggemarnya adalah Nitisemito yang saat itu menjadi kusir.
Nitisemito lantas menikahi Nasilah dan mengembangkan usaha rokok kreteknya menjadi mata dagangan utama. Usaha ini maju pesat. Nitisemito memberi label rokoknya "Rokok Tjap Kodok Mangan Ulo" (Rokok Cap Kodok makan Ular). Nama ini tidak membawa hoki malah menjadi bahan tertawaan. Nitisemito lalu mengganti dengan Tjap Bulatan Tiga. Lantaran gambar bulatan dalam kemasan mirip bola, merek ini kerap disebut Bal Tiga. Julukan ini akhirnya menjadi merek resmi dengan tambahan Nitisemito (Tjap Bal Tiga H.M. Nitisemito).
Bal Tiga resmi berdiri pada 1914 di Desa Jati, Kudus. Setelah 10 tahun beroperasi, Nitisemito mampu membangun pabrik besar diatas lahan 6 hektar di Desa jati. Ketika itu, di Kudus telah berdiri 12 perusahaan rokok besar, 16 perusahaan menengah, dan tujuh pabrik rokok kecil (gurem). Di antara pabrik besar itu adalah milik M. Atmowidjojo (merek Goenoeng Kedoe), H.M Muslich (merek Delima), H. Ali Asikin (merek Djangkar), Tjoa Khang Hay (merek Trio), dan M. Sirin (merek Garbis & Manggis).
Sejarah mencatat Nitisemito mampu mengomandani 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari 1938. Kemudian untuk mengembangkan usahanya, ia menyewa tenaga pembukuan asal Belanda. Pasaran produknya cukup luas, mencakup kota-kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan bahkan ke Negeri Belanda sendiri. Ia kreatif memasarkan produknya, misalnya dengan menyewa pesawat terbang Fokker seharga 200 gulden saat itu untuk mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta

Ambruknya rokok kretek Bal Tiga dan munculnya pesaing

Hampir semua pabrik itu kini telah tutup. Bal tiga ambruk karena perselisihan di antara para ahli warisnya. Munculnya perusahaan rokok lain seperti Nojorono/Clas Mild (1930), Djamboe Bol (1937), Djarum (1951), dan Sukun, semakin mempersempit pasar Bal Tiga ditambah dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1942 di Pasifik, masuknya tentara Jepang, juga ikut memperburuk usaha Nitisemito. Banyak aset perusahaan yang disita. Pada tahun 1955, sisa kerajaan kretek Nitisemito akhirnya dibagi rata pada ahli warisnya.
Ambruknya pasaran Bal Tiga disebut sebut juga karena berdirinya rokok Minak Djinggo pada tahun 1930. Pemilik rokok ini, Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada Nitisemito, Kho Djie Siong banyak menarik informasi rahasia racikan dan strategi dagang Bal Tiga dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga menantu Nitisemito.
Pada tahun 1930, Minak Djinggo, yang penjualannya melesat cepat memindahkan markasnya ke Kudus. untuk memperluas pasar, Kho Djie Siong meluncurkan produk baru, Nojorono. Setelah Minak Djinggo, muncul beberapa perusahaan rokok lain yang mampu bertahan hingga kini seperti rokok Djamboe Bol milik H.A. Ma'roef, rokok Sukun milik M. Wartono dan Djarum yang didirikan Oei Wie Gwan.
Perusahaan rokok kretek Djarum berdiri pada 21 April 1951 dengan 10 pekerja. Oei Wie Gwan, mantan agen rokok Minak Djinggo di Jakarta ini, mengawali bisnisnya dengan memasok rokok untuk Dinas Perbekalan Angkatan Darat. Pada tahun 1955, Djarum mulai memperluas produksi dan pemasarannya. Produksinya makin besar setelah menggunakan mesin pelintingdan pengolah tembakau pada tahun 1967.
Di era keemasan Minak Djinggo dan di ujung masa suram Bal Tiga, aroma bisnis kretek menjalar hingga ke luar Kudus. Banyak juragan dan agen rokok bermunculan. Di Magelang, Solo dan Yogyakarta, kebanyakan pabrik kretek membuat jenis rokok klembak. Rokok ini berupa oplosan tembakau, cengkeh dan kemenyan.
Kretek juga merambah Jawa Barat. Di daerah ini pasaran rokok kretek dirintis dengan keberadaan rokok kawung, yakni kretek dengan pembungkus daun aren. Pertama muncul di Bandung pada tahun 1905, lalu menular ke Garut danTasikmalaya. Rokok jenis ini meredup ketika kretek Kudus menyusup melalui Majalengka pada 1930-an, meski sempat muncul pabrik rokok kawung di Ciledug Wetan.
Sedangkan di Jawa Timur, industri rokok dimulai dari rumah tangga pada tahun 1910 yang dikenal dengan PT. HM Sampoerna. Tonggak perkembangan kretek dimulai ketika pabrik-pabrik besar menggunakan mesin pelinting. Tercatat PT Bentoel di Malang yang berdiri pada tahun 1930 yang pertama memakai mesin pada tahun 1968, mampu menghasilkan 6000 batang rokok per menit. PT. Gudang Garam, Kediri dan PT HM Sampoerna tidak mau ketinggalan, begitu juga dengan PT Djarum, Djamboe Bol, Nojorono dan Sukun di Kudus.

Perkembangan industri kretek di pulau Jawa


Kini terdapat empat kota penting yang menggeliatkan industri kretek di Indonesia; Kudus, Kediri, Surabaya dan Malang. Industri rokok di kota ini baik kelas kakap maupun kelas gurem memiliki pangsa pasar masing-masing. Semua terutapa pabrik rokok besar telah mencatatkan sejarahnya sendiri. Begitu pula dengan Haji Djamari, sang penemu kretek. Namun riwayat penemu kretek ini masih belum jelas. Dan kisahnya hidupnya hanya dekrtahui di kalangan pekerja pabrik rokok di Kudus.

Senin, 02 Januari 2017

MACAM MACAM ROKOK TRADISIONAL

Merokok sudah dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi, dala berbagai budaya merokok memiliki fungsi yang berbeda. Bangsa Indian mewajibkan setiap pemuda untuk menghisap rokok sebagai bagian dari proses memasuki masa kedewasaan. Ada pula yang merokok untuk mengusir serangga atau nyamuk yang mengganggu di waktu malam hari. 
        Di Indonesia kebiasaan merokok sudah ada sejak lama yang dipengaruhi oleh pedagang dari Arab dan Eropa. Kemudian berkembang pesat sejak Belanda membuat perkebunan tembakau di berbagai tempat di Indonesia. Dan memunculkan banyak variasi dan bentuk serta bagaimana itu tentang rokok. Berikut beberapa macam jenis rokok yang dikenal di dunia :

ROKOK KLOBOT


        Rokok klobot populer didaerah Jawa, rokok ini dinamakan rokok klobot karena pembungkusnya berasal dari daun buah jagung dan diikat dengan benang. Klobot itu sebutan untuk selubung buah jagung, teksturnya yang tidak mudah robek  dimanfaatkan okeh moyang kita untuk pembungkus rokok tembakau. Dari situlah rokok klobot menjadi merk tersendiri, dan cukup populer dikalangan petani yang miskin.
Seiring perkembangan jaman rokok klobot juga mulai dipasarkan secara luas dengan merek tertentu. Bentuknya seperti kerucut yang semakin keujung semakin mengecil. Soal rasa bagi para perokok memang rokok klobot jauh dari rasa nikmat seperti rokok lainnya. Alasan kenapa para petani mengkonsumsi rokok klobot adalah masalah harga yang terjangkau.

ROKOK CERUTU
       Rokok jenis ini bentuknya besar panjang dengan diameter bervariasi sesuai market yang dituju, tetapi yang paling umum adalah berdiameter kurang lebih 1,5 cm. Ada dua macam janis rokok cerutu, pertama adalah rokok cerutu yang dibuat dari beberapa lembaran daun tembakau yang digulung kemudian diberi perekat khusus di bagian luarnya. Dan kemudian dipotong rapi sesuai ukuran standart jual serta di beri merek. Contoh : rokok cerutu produksi Pabrik Tarumartani di Jogja.
Yang kedua adalah hanya bagian pembungkus luarnya saja yang berasal dari lembaran daun tembakau, lalu dirapika sesuai standart jual. Pabrik RokokDjarum Kudus pernah memproduksi rokok cerutu jenis ini yang diberi merek Cigarillos.

ROKOK DAUN NIPAH
       Rokok daun Nipah cukup populer di wilayah Dumatra, terutama Aceh. Jenis rokok ini adalah rokok tembakau biasa hanya pembungkusnya saja diambil dari daun Nipah. Perokok kebanyakan meracik sendiri tergantung selera dengan dicampur cengkih atau kemenyan kemudian dilinting daun Nipah kering.

ROKOK TINGWE /LINTING DEWE
Kertas pembungkus tingwe
Kertas rokok
      Rokok Tingwe cukup disukai di daerah Jawa Tengah, ada pabrik yang menyuplainya dalam bentuk terpisah bagian per bagian. Tembakau dijual tersendiri, cengkehnya dalam bentuk kemasan sachet, serta kemasan uwur (biasanya pakai kertas coklat) dan kertas pembungkus dari semacam kertas buram yang berasa manis dimulut. Kakek-kakek petani suka jenis rokok ini, beliau-beliau ini suka meracik tingwe ketika istirahat usai menggarap sawah. Ditemani segelas teh kental dengan gula batu, lalu mulai meracik lintingan rokok tingwe dan menyulutnya sembari melepas lelah. 
Kini kami PT.TRPC MANUFACTURING INDONESIA hadir di indonesia. Kami menyediakan Kertas ROKOK bagi pelanggan pabrik rokok , konsumen dan Distributor. dengan spesifikasi berat 13 gsm sampai 24 gsm dengan komposisi 100% woodpulp .

ROKOK BIDIS
wikipedia
       Secara spesifik rokok ini terkenal di wilayah Kamboja, Pakistan, Bangkadesh dan India. Rokok Bidis adalah rokok diracik dari serpihan dan abu tembakau hitam, tanpa campuran cengkeh dan pembungkusnya dari daun Tembumi kering yang dilinting lalu diikat dengan seutas benang. Rokok Bidis adalah rokok kelas bawah, dimana mereka tak terjangkau oleh rokok umumnya. Terkadang mereka mencampurkan berbagai saus rasa buah-buahan agar lebih nikmat dihisap.

ROKOK KAWUNG
      Rokok Kawung berupa tembakau rajangan yang dibungkus atau dilinting dengan daun aren.

ROKOK KLEMBAK
      Rokok Klembak mirip dengan rokok tingwe cuma, racikannya ditambah dengan kemenyan. Makanya rokok jenis ini sering disebut dengan Rokok Menyan. Campurannya adalah terdiri dari tembakau, cengkeh dan secuil kemenyan yang ditumbuk kasar. Kemudian ditaruh diujung pipa khusus untuk merokok, dan dibakar untuk dihisap perlahan lewat ujung pipa lain yang kebih kecil. Atau bisa juga dilinting memakai kertas khusus kemudisn tinggal dinikmati.

ROKOK KUNYAH ATAU ROKOK KINANG
      Rokok jenis ini untuk menikmatinya sesuai namanya, yaitu dengan mengunyahnya. Tembakau dikunyah bersama dengan secuil kapur ( bhs jawa "injet"), daun sirih/kinang, dan rasanya pahit dan getar. Sehingga perokok atau pengunyah tembakau seringkali meludah untuk menghilangkan rasa. Dan ludahnya akan berwarna merah, makanya disebut "Dubang" dari kata idu-abang yang artinya ludah merah dan kegiatan merokok kunyah itu disebut "Nginang". Di Jawa penggemarnya adalah para nenek-nenek atau kaum hawa, namun sekarang sudah jarang ditemui ada nenek-nenek mengunyah tembakau.
Di Indonesia hampir semua suku mengenal " rokok kunyah" ini dengan berbagai versi, namun intinya tetap sama yaitu mengunyah tembakau, kapur dan daun sirih/pinang. Istilah sekapur sirih dalam budaya melayu menunjukkan hal tersebut.

ROKOK SHISHA
Hookah
      Rokok shisha ada kaitannya dengan rokok Bidis, tetapi kebiasaan merokok shisha biasa dilakukan oleh kelas menengah. Rokok Shisha populer di Afrika Utara seperti Sudan dan Mesir serta Timur Tengah, Turki, Eropa Timur dan juga sampai India. Shisha adalah ekstrak tembakau yang diolah menjadi seperti sirup dan diberi berbagai macam rasa buah-buahan, kemudian ditempatkan pada alat hisap bernama Hookah. Hookah sendiri bisa  punya satu atau lebih pipa, jadi tidak perlu bergantian untuk bersama menghisap shisha.
dari berbagai sumber.